Sabtu, 01 Februari 2014

makan gak makan asal kumpul









MAKAN GAK MAKAN ASAL KUMPUL”

Mendengar kata ini sepintas kita teringat lagunya SLANK .Makan gak makan asal kumpul
Kadang ada beberapa orang yang mengatakan itu agak keliru karena males dong orang-orang itu cuma mau kumpu
ae. Tetapi mari kita lihat lebih jauh lagi, bahwa sebenarnya itu mengisaratkan untuk kumpul untuk bersatu dan tidak terpecah belah dan Negara ini membutuhkan kita semua untuk kumpul, untuk bersatu, tidak saling sikut-sikutan, jegal-jegalan. Jangan sampai karena ada iming-iming makanan dari Negara lain terus rela tidak bersatu dengan Negara ini. Yang penting bersatu dulu selanjutnya cari sisa-sisa makanan di Negeri ini.
Bukan beranggapan kalau cuma kumpul kapan makannya, kita akan mati. Tetapi mari kita beranggapan persatuan lebih penting dari sekedar makan. Karena makan itu hal sepele bahkan orang yang tidak memiliki uang itupun bisa makan dirumahnya sendiri. Apa lagi rumah kita sebesar ini lahan kosongnya yang bisa dengan mudah ditanami padi, jagung, ketela pohon, sagu, tebu, dsb. Kenapa harus takuk tidak bisa makan.

Secara Epistemology.
Makan ga makan asal kumpul, adalah istilah yang tentu tidak asing lagi bagi orang2 Jawa bahkan  sudah melegenda, hal ini  kalau boleh saya usulkan ke pemerintah agar di jadikan Istilah yg me Nasional. Kapan dan siapakah yg mencetuskan konsep yang  begitu filosofikal ini, saya tidak tahu persis, lalu apahkah prilaku ini masih relevan di zamanTablet ini?. Terlepas dari relevansi2nya, itu bukan yg menjadi atensi  saya.  Bagi saya yg menjadi daya tarik adalah kata Makan itu sendiri.
“ MAKAN”  siapa sih yang tidak mengerti apa itu Makan, namun tidak se naif yang kalian bayangkan. Kata / istilah “Makan” ternyata mempunyai arti, makna dan fungsi yg bermacam2 bagi bangsa. Dalam kamus makan diartikan sebaga mengkonsumsi/ memasukan ke dalam mulut lalu me nelanya sebagai  gizi pertumbuhanya.
Secara tidak sadar pun peribasa tersebut begitu akrab karena terus diucapkan dan didengarkan secara berulang. Dan hal itu pun memberi dampak yang cukup besar bagi pola pikir dan pola hidup seseorang atau dalam sebuah kelompol. Sebagian orang tentu memiliki ruang tersendiri bagi kenangan akan kebersamaan bersama kawan-kawan atau keluarga. Hal ini tentu sangatlah mahal jika dibeli dengan uang rupiah, atau dolar sekalipun.

Bangsa Indonesia dan rasa kebersamaan adalah ibarat sebuah pohon dan air. Bangsa indonesia sebagai pohon akan mati tanpa adanya air dan air tetaplah menjadi air tanpa adanya pohon. Bangsa Indonesia dengan berbagai macam sukubangsa dan kebudayaannya tak akan menjadi bangsa yang berdiri gagah layaknya pohon kelapa yang kuat saat diterjang oleh hempasan angin laut.

Dapat dibayangkan, bagaimana jadinya jika bangsa Indonesia hidup tanpa kebersamaan. Sikap apatis pun akan tumbuh subur dimana-mana. Berbeda jika rasa kebersamaan terus tumbuh dan mendarah daging dalam cara pandang masyarakatnya. Dan Harapan untuk menjadi bangsa yang kuat dan tangguh pun terwujud.

Secara Aksiology.

Kali ini dapat diambil sebuah contoh dari motivasi hidup “Makan gak makan asal kumpul” dan harapan untuk menjadi sebuah bangsa yang kuat dan tangguh. Tidak begitu jauh kita mengambil contoh, wakil rakyat atau seseorang yang banyak dipercaya oleh banyak orang untuk mengemban tanggungjawab bersama pun sudah menerapkan konsep “Makan gak makan asal kumpul” dengan sangat baik. Hingga pada akhirnya mereka menjadi sebuah kelompok atau bangsa yang cukup kuat dan tangguh untuk rawe-rawe rantas menjalankan tujuan sebuah bangsa, bangsa koruptor.

“MAKAN GAK MAKAN ASAL KUMPUL TAPI KITA KUMPUL UNTUK MAKAN”


Nama :DODIK TRI WAHYU SETIAWAN
Nim: 11205540020
FAKULTAS :SOSPOL
PRODI :ILMU KOMUNIKAS UNIVERSITAS ISLAM BALITAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar